ISI
KANDUNGAN
Bab
I – Pendahuluan
:) Memahami Dunia Lewat Kajian Wacana
Bab
II – Pengertian dan Ruang Lingkup Wacana
:) Istilah Wacana
:) Pengertian Wacana
Bab
III – Unsur-Unsur Wacana
:) Unsur-Unsur Interval Wacana
A. Kata dan Kalimat
B. Teks dan Koteks
Unsur – Unsur Eksternal Wacana
A. Implikatur
B. Presuposisi
C. Referensi
D. Inferensi
E. Konteks
Bab
IV – Keutuhan Struktur Wacana
:) Struktur Wacana
:) Aspek Keutuhan Wacana
A. Kohesi
B. Koherensi
Bab
I .* Pendahuluan
Memahami
Dunia Lewat Kajian Wacana
Wacana merupakan suatu unsur
kebahasaan relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan kebahasaan ini
meliputi fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, paragraph,dan karangan
utuh. Oleh karena itu, kajian tentang wacana ini harus dengan wajib kita
ketahui dan kita pahami kerana bertujuan agar dapat membekali pemakai bahasa
untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
Kajian wacana ini sendiri sangat
berkaitan dengan suatu pemahaman tentang tinadakan manusia yang dilakukan
dengan bahasa verbal dan bukan bahasa nonverbal. Untuk kajian wacana ini
sendiri masih kurang diminati oleh segenap pelajar yang sudah mempelajari
wacana ini sendiri. Padahal kajian ini sangat menarik untuk diteliti sebagai
bahan ajar oleh pembelajar bahasa yang masih sangat kurang.
Sebenarnya, kajian ini sendiri
sangat diidentik dengan komunikasi langsung yang sering dihadapi oleh manusia
setiap harinya. Cara ini akan sangat mudah diperoleh berbagai aspek yang masih
melingkupinya. Misalnya, siapa yang bertutur, dimana tuturan tersebut terjadi,
dalam situasi yang bagaimana tuturan itu berlangsung, kapan terjadi komunikasi
tersebut, dan untuk apa tujuan wacana itu dituturkan.
Bab
II * Pengertian Ruang Lingkup Wacana
ISTILAH
WACANA
Menurut Douglas dalam Mulyana
(2005: 3), istilah wacana berasal dari bahasa Sansekerta wac/wak/vak, yang
artinya berkata, berucap. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan bentuk
menjadi wacana.
Kridalaksana dalam Yoce (2009: 69)
membahas bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dalam hirearki gramatikal
tertinggi dan merupakan satuan gramatikal yang tertinggi atau terbesar. Wacana
direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh, seperti novel, cerpen, atau
prosa dan puisi, seri ensiklopedi dan lain-lain serta paragraph, kalimat,
frase, dan kata yang membawa amanat lengkap. Jadi, wacana adalah unit
linguistik yang lebih besar dari kalimat atau klausa.
PENGERTIAN
WACANA
Pengertian wacana menurut ilmu yang
saya dapat adalah satuan bahasa terlengkap daripada fonem, morfem, kata,
klausa, kalimat dengan koherensi dan kohesi yang bisa digunakan atau di
tuturkan secara lisan maupun tulisan yang dibentuk dari sebuah kalimat.
Kata
wacana dalam bahasa indonesia dipakai sebagai padanan (terjemahan) kata
discourse dalam bahasa inggris. Secara etimologis kata discourse itu berasal
dari bahasa latin discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse itu diturunkan
dari kata discurrere. Bentuk discurrere itu merupakan gabungan dari dis dan
currere ‘lari, berjalan kencang’ (Wabster dalam Baryadi 2002:1). Wacana atau
discourse kemudian diangkat sebagai istilah linguistik. Dalam linguistik,
wacana dimengerti sebagai satuan lingual (linguistic unit) yang berada di atas
tataran kalimat (Baryadi 2002:2).
Unsur pembeda antara bentuk wacana
dengan bentuk bukan wacana, adalah ada tidaknya suatu kesatuan makna yang
dimilikinya .oleh karena itu , diadalam suatu wacana itu dapat dilihat dari
keutuhan maknanya tersebut. Ketika seseorang berada di suatu tempat warung kopi
mengatakan:
“kopi,
roti, dua.”
Ucapan
yang dapat dimaknai sebagai wacana karena mengandung makna yang lengkap.
Keutuhan tersebut tersirat dalam hal-hal berikut:
1. Urutan kata di tata secara teratur
2. Makna dan amanatnya berkesinambungan
3. Diucapkan di tempat yang sesuai ( kedai
kopi )
4. Antara pembicara dan pendengar sudah
saling memahami makana tuturan singkat tersebut.
Hal
ini yang dimaksudkan dengan wacana walaupun tuturan – tuturan yang diucapkan
sangat singkat. Akan tetapi tuturan tersebut akan menjadi sebuah wacana jika
syarat yang dipenuhi dalam susunan wacana ada. Seperti kata yang di ucapkan
teratur, maknanya dan amanatnya berkesinambungan, dan situasinya. Misalnya saja
kita ucapkan kata, “kopi, roti, dua.” Di suatu tampat anggap saja di kantor
staf fakultas atau yang lainya. Tentu saja orang yang berada di tempat tersebut
akan tidak mengerti dengan apa yang kita ucapkan . karena ucapan tersebut hanya
bisa diucapkan di tempat tertentu yaitu di kedai kopi.
Sedangkan
contoh berikut ini bukan merupakan wacana.
Bumi
ini sudah mengalami menipisnya lapisan ozon. Perekonomian dunia sudah menurun.
Tekhnologi sudah semakin berkembang.
Dari
contoh di atas dapat kita maknai dan pahami bahwa sudah sangat jelas ini bukan
merupakan wacana. Hal ini disebabkan secara keseluruhan bentuk tadi tidak
memiliki hubungan makna antar kalimat. Tiap-tiap kalimat hanya berdiri sendiri
dan makna perkalimat satu sama lainya terputus. Hal tersebut sangat sulit untuk
dipahami kaitan makna atara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya.
Bab
III * Unsur-Unsur Wacana
UNSUR-UNSUR INTERNAL WACANA
Unsur
internal didalam wacana yang dimaksudkan disini yaitu bahwasannya ada unsur
yang mendukung didalam sebuah wacana. Unsur tersebut membentuk satuan kata dan
kalimat yang digabungkan menjadi sebuah wacana yang utuh.
A. KATA DAN KALIMAT
Kata
dan kalimat dapat dipahami bahwasannya kata terdiri dari berbagai huruf
sedangkan kalimat terdiri dari berbagai kata. Kata dan kalimat dapat diartikan
sebagai satuan bahasa terkecil yang
disamapaikan secara tulis maupun lisan yang diungkapkan dengan pikiran yang
utuh.
Biasanya
dalam kehidupan sehari-hari saja banyak orang selalu melakukan ungkapan
–ungkapan yang mengandung makna kata dan kalimat yang digunakan sebagai bahan
dialog mereka. Walaupun ucapan yang dipakai itu berupa kalimat yang pendek,
namun kalimat – kalimat yang mereka gunakan mempunyai makna. banyak orang
selalu berbosa-basi ketika mereka bertemu dan menyapa menggunakan dialog pendek
( orang yang sudah biasa ).
Contoh
:
Ketika
seorang ibu-ibu bertemu dipasar dengan sahabatnya.
A
: belanja sayur apa bu?
B
: enggak ada, belanja ikan aja ni.
Kata dan kalimat yang ditempatkan
sebagai wacana harus memiliki makna yang jelas pada suatu konteks untuk
mendukung percakapan yang utuh. Akan tetapi ujaran yang diuacapkan menjadi
bermakna ketika ada unsure lain yang mendampinginya, barulah sebuah percakapan
itu disebut sebagai wacana.
B. TEKS DAN KOTEKS
Istilah
teks ini menurut pendapat saya yaitu suatu rangakaian bacaan yang dipaparkan
melalui medi baca yang ditulis beberapa kalimat dan paragaraf. Dapat diartikan
bahwasannya teks ini merupakan suatu pemaknaan yang digunakan denagan bahasa
tulis.
Sedangkan
koteks dapat diartikan sebagai suatu teks yang sejajar, koordinasi dan memiliki
hubungan yang erat dengan teks yang lainnya. Dengan kata lain koteks harus
berkesinambungan dengan teks yang lainnnya dan membentuk wacana yang teratur
agar jalur bacaan atau naskah teks dapat menyambung maknanya dengan teks yang
kita buat agar tidak rancuh.
Untuk
mempermudah pemahaman saya akan memberikan contoh.
1.
Contoh Teks :
Dihadapan
Allah SWT kita semua makhluk sama. Allah tidak membeda-bedakan umatnya. Allah
tidak memandang dia kaya, miskin, pejabat dan mempunyai pangkat. Semuanya sama
saja dihadapan Allah.
2. Contoh Koteks :
Pada
zaman dahulu hiduplah seorang raja yang zalim. Ia dikenal sebagai raja yang
kejam dan selalu menyakiti rakyatnya.
UNSUR-UNSUR EKSTERNAL WACANA
Unsur
eksternal ini sudah dapat dipahami bersama, sedangkan eks ini sendiri diartikan
dalam bahasa inidonesia yaitu keluar atau luar. Jadi, unsur eksternal ini
unsur-unsur yang barada diluar wacana sebagai pendukung dan pelengkap dari
keutuhan wacana. Unsure eksternal wacana terdiri dari implikatur, presuposisi,
referensi, inferensi, dan konteks.
A. IMPLIKATUR
Menurut
pemahaman saya, mengenai implikatur yaitu suatu ujaran atau tuturan yang
mengutarakan sesuatu tidak langsung ditujukan dengan maksud yang diucapkan.
Artinya seseorang pembicara tidak berterus terang dengan apa yang dimaksud
dengan sebenarnya. Jadi, pembaca hanya diberikan gambaran yang kabur untuk
memahaminya.
Contoh
implikatur :
Guru
harus mendampingi para muridnya untuk mengoptimalkan kebersihan lingkungan
sekolahnya.
B. PRESUPOSISI ( perkiraan )
Istilah
presuposisi adalah perkiraan,atau diterka. Dengan kata lain presuposisi adalah
anggapan dasar atau penyimpulan dasar mengenai konteks wacana dan situasi
berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi bermakna bagi pendengar/pembicara.
Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu
ungkapan yang diterka atau diperkirakan dapat dipahami oleh lawan bicara kita,
agara suatu komunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Contoh
:
Anggota
DPR Angelia Sondakh yang mempunyai harapan ingin membongkar kasus suap di
hambalang malah menjadi tersangka kasus korupsi.
C. REFERENSI
Referensi
yaitu suatu sumber acuan atau rujukan yang dibuat dari sebuah bacaan yang
dibaca. Didalam referensi hanya pembicara atau penuturlah yang paling
mengetahui apa yang di acunya atau dirujuknya dari sebuah tuturan tersebut.
Dapat disimpulkan bahwasannya referensi itu sendiri tidak dapat dipahamai oleh
pembaca secara keseluruhan, dan pembaca hanya dapat menerka-nerka apa tujuan
yang dimaksud pembicara.
D. INFERENSI
Inferensi
yaitu dalam KBBI diartikan sebagai simpulan atau kesimpulan. Dalam wacana
inferensi ini seorang pembaca harus dapat menarik pemahaman serta pengertian
yang terdapat didalam sebuah wacana tersebut. Jadi, seorang pembaca harus mampu
menarik simpulan ataupun penafsiran terhadap bacaan wacana yang telah ia baca.
Walaupun makna yang disimpulkan tersebut berbelit-belit ataupun tidak tegas ia
ungkapkan.
Contoh
:
Kepala
dinas pendidikan jangan hanya menyuruh guru untuk mengoptimalakan kebersihan
lingkungan sekolah, akan tetapi sebagai kepala dinas juga supaya mengoptimalkan
realisasi kebersihan dan dapat memfasilitasi kebutuhan sekolah.
E. KONTEKS WACANA
Konteks
dapat diartikan sebagai suatu uraian
wacana atau kalimat sebagai pendukung kejelasan makna itu sendiri. Konteks itu
sendiri mengacu kepada pemahaman seseorang untuk mengetahui percakapan yang
dilakukan pembicara. Terkadang terjadi salah pemahaman antara pembicara dengan
pendengar, disinilah banyak terjadinya salah kekomunikasian penyampaian tersebut.maka
dari itu kita sebagai penutur kata harus memahami siapa yang kita ajak bicara,
orang tuah kah dia, anak-anak ataupu orang tua dan sebagai pembicara kita harus
paham benar bagaimana cara menyampaikannya, agar tidak salah komunikasi.
Contohnya saja jika membuat ujaran seperti ini,” kulitmu halus sekali “. Tentu
saja ujaran yang baru kita ucapkan tidak akan sama pemikiran setiap orang.
Untuk anak gadis mungkin dia berfikir itu sebuah pujian untuknya, sedangakan
orang yang sudah usia lanjut itu bukan sebagai pujian tetapi sebuah penghinaan
baginya karena menurutnya tuturan tersebut diacukan kepada kulitnya. Bayangkan
saja nenek usia lanjut tentu kulitnya sudah keriput. Inilah yang dimaksudkan
dalam konteks wacana dalam bertutur komunikasi.
Bab
* IV . Keutuhan Struktur Wacana
STRUKTUR WACANA
Struktur
wacana ialah suatu susunan wacana agar suatu wacana tersebut berstruktur agar
terjadi keeutuhan wacana yang lengkap dan kongkrit.
ASPEK-ASPEK KEUTUHAN WACANA
Didalam
buku kajian wacana Muliana mengatakan bahwa wacana yang utuh yaitu mengandung
keutuhan dan kepaduan. Ada beberapa aspek yang mendukung keutuhan wacana itu
sendiri antara lain:
- Kohesi ( kesatuan )
- Koherensi ( kepaduan )
- Topik Wacana
- Aspek leksikal
- Aspek Gramatikal
- Aspek Fonologis
- Dan Aspek Semantis
A. KOHESI
Kohesi
dapat diartikan sebagai kesatuan kata dan kalimat yang membentuk suatu
keterkaitan dan membuat suatu hubungan yang berstruktur.
Untuk
kohesi itu sendiri dibagi menjadi dua aspek wacana kohesi yaitu, kohesi
gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal dapat diartikan sebagai
kesatuan yang sesuai dengan tatanan bahasa Indonesia. Sedangkan leksikal
sendiri berkaitan dengan kosa kata.
Kohesi
gramatikal mencakup:
- Referensi
- Subtitusi
- Ellipsis
- Konjungsi
a. Referensi yaitu suatu pengacuan kohesi
gramatikal yang acuannya mendahulinya dan yang mengikutinya. Contoh :
“Buk
guru, saya terpaksa izin “. Kata taufiq muridku yang nakal itu.
b. Subtitusi atau penyulihan yaitu kohesi
gramatikal yang acuannya mengandung unsur lain sebagai pembeda. Contoh :
Banyak
sekali buah rambutan itu.
Bagilah
saya beberapa.
Jadi
penjelasan dari beberapa itu mengacu pada buah rambutan.
c. Ellipsis atau pelesapan yaitu satuan
gramatikal yang menghilangkan satuan bahasa tertentu yang sudah disebutkan
sebelum pengucapannya. Contoh :
Taufiq
seketika berdoa, menadahkan tangan, memohon ampunan sang pencipta. Ampuni
hamba.
d. Konjungsi adalah suatu unsur yang
merangkai unsure lain pada sebuah wacana.
Contoh
:
Kami
pergi belanja ke Ramayana. Sesudah itu,
kami pergi ke pantai.
Kohesi
leksikal mencakup :
- Sinonim ( persamaan kata )
- Repitisi ( pengulangan )
- Kalokasi ( sanding kata )
- Antonim ( lawan kata )
- Hiponim ( hubungan bagian )
Dalam
unsure kohesi leksikal ini dapat diberi contoh untuk keseluruhan aspek
tersebut.
Contoh
:
Di
hutan Amazon banyak terdapat flora yang sangat cantik, salah satunya bunga
Raflesia. Bunga ini memang banyak ditemui di hutan Amazon karena Iklimnya yang
sangat dingin. ( sinonim ).
Selain
flora yang sangat mengagumkan di daerah tersebut, juga banyak terdapat fauna
yang patut di acungi jempol karena keunikannya.( antonim ).
Di
perairan laut brazil terdapat hewan mamalia salah satunya adalah paus. Paus
menyusui karena memiliki kelenjar susu. ( hiponim ).
Selain
keaneka ragaman yang sudah tertera di atas, ternyata ada universitas yang
sangat besar. Universitas ini banyak meluluskan sarjana-sarjana yang hebat. Di
universitas ini banyak mahasiswa mengambil jurusan perkebunan.( repetisi ).
Tetapi
sayang sekali, banyak lulusan perkebunan yang telah lulus tidak bekerja di
Negara tersebut. Akhirya para buruh tersebut tidak ada yang mengelolah getah
dan karet mereka, karena para pakar yang ahli dibidang tersebut malah
meninggalkan mereka.( kalokasi ).
B. KOHERENSI
Yang
dimaksudkan dengan koherensi atau kepaduan yaitu suatu kepaduan anatara kalimat perkalimat
dan membentuk subyek, predikat, obyek dan keterangan yang mendukungnya.
Jika
suatu kalimat yang dibentuk tidak membentuk SPOK maka suatu paragraf ataupun
wacana yang dibuat maka tidak adanya kepaduan yang utuh dalm kalimat tersebut
akibatnya kalimat-kalimat tersebut akan rancuh.
Dalam
buku kajian wacana Muliana M, HUM. Bahawasannya M. Ramlan merinci hubungan
antar bagian dalam wacana yang bersifat koheren, yakni sebagai berikut :
1. Hubungan penjumlahan
2. Hubungan perturutan
3. Hubungan perlawanan
4. Hubungan lebih
5. Hubungan sebab – akibat
6. Hubungan waktu
7. Hubungan syarat
8. Hubungan cara
9. Hubungan kegunaan
10. Hubungan penjelasan
Rujukan: http://taufiqkakashi.blogspot.my/2013/01/wacana.html
No comments:
Post a Comment